01 May 2023
dilihat 113x
Mobilku.com - Dugaan kasus manipulasi data yang melibatkan 88.000 unit mobil Daihatsu mendapat perhatian khusus dari CEO Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda.
Akio Toyoda menyebut Daihatsu telah melakukan manipulasi data terkait perangkat door trim atau kemasan pintu. Kesalahan yang dilakukan oleh Daihatsu Motor Corporation (DMC Co. Ltd.) menyangkut aspek keselamatan yang merupakan aspek terpenting dari sebuah kendaraan.
"Kami menyatakan tindakan ini sama sekali tidak dapat diterima dan merupakan pengkhianatan terhadap kepercayaan pelanggan. Kami mohon maaf kepada semua pelanggan yang terlibat di seluruh dunia dan semua pihak yang terlibat karena masalah yang terjadi" ujar CEO Toyota Motor Corporation.
Akio juga menganggap masalah ini sebagai tindakan yang benar-benar tidak dapat diterima yang mengkhianati kepercayaan pelanggan kami. Sebagai petinggi Asosiasi Mobil Jepang, Akio juga meminta maaf dengan tulus kepada pelanggan di seluruh dunia dan semua pihak terkait atas ketidaknyamanan dan kekhawatiran yang ditimbulkan.
Akio percaya bahwa masalah ini tidak terbatas pada merek Daihatsu saja, dan akan memulai investigasi menyeluruh dan komprehensif dengan mengumpulkan semua data dan fakta untuk memahami situasi sebenarnya, menentukan penyebab masalah dan mencegah hal ini terjadi di masa depan.
Akio juga berjanji Toyota tidak akan lari, dengan menyembunyikan kebenaran seperti krisis 2009. Toyota menyatakan saat ini belum menerima laporan kecelakaan atau cedera terkait masalah ini atau melibatkan kecelakaan sampingan.
Saat ini belum dapat dipastikan pihak mana yang bertanggung jawab untuk merubah atau memerintahkan perubahan desain doortrim pada saat uji tabrak, atau saat produksi dilakukan.
Sejauh mana hal ini diketahui oleh manajemen Daihatsu Motor Corporation dan apakah tindakan ini disetujui oleh manajemen DMC Namun Akio berjanji akan mencari tahu pihak mana yang bertanggung jawab atas masalah ini.
Dari 88.000 unit yang terlibat, 76.000 unit untuk pasar Thailand, Meksiko, dan beberapa negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman, diduga terkena masalah ini.
0 Komentar
Tambah Komentar