02 January 2023
dilihat 756x
Mobilku.com - Mobil merek Prancis memang sudah eksis di Indonesia dari dulu. Sebut saja merek Peugeot, Renault, bahkan baru-baru ini ada Citroen yang kembali meramaikan pasar otomotif Indonesia.
Secara harga, kalau diperhatikan tidak begitu jauh dengan mobil-mobil Jepang. Namun bila bicara penjualan, mobil Prancis justru masih kalah laris bahkan dengan pendatang baru asal Negeri Tirai Bambu.
Mengutip data distribusi retail yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), selama lima tahun terakhir mobil Prancis hanya terjual kurang dari 1.000 unit. Misalnya pada tahun 2017, penjualan Renault hanya menyentuh 479 unit sementara Peugeot 33 unit. Sekadar perbandingan, Wuling China berhasil menjual mobil lebih dari 3.000 unit tahun pertama mereka masuk ke Indonesia.
Berlanjut pada tahun 2018, penjualan mobil China Wuling terus meningkat. Pendatang baru asal China, DFSK pun membukukan penjualan wholesales lebih banyak ketimbang Peugeot maupun Renault. DFSK, mencatatkan penjualan retail sebanyak 839 unit. Sementara Wuling Di tahun keduanya mencapai 15.162 unit.
Tren itu masih berlanjut hingga tahun 2022 lalu. Wuling dan DFSK masih sanggup mencatat penjualan hingga ribuan unit. Pada Januari-November 2022, DFSK sanggup menjual 2.150 unit mobilnya ke konsumen. Wuling 10 kali lipat lebih banyak yakni mencapai 21.935 unit. Peugeot juga mencatatkan peningkatan meski tidak drastis.
Selama 11 bulan tahun 2022, Peugeot telah melepas 433 unit mobilnya ke konsumen. Sementara Renault diketahui tidak lagi melaporkan penjualannya ke Gaikindo. Kendati penjualannya tidak sebanyak mobil Jepang maupun China, baik Renault maupun Peugeot masih eksis menghiasi pasar otomotif Tanah Air hingga kini.
Pengamat otomotif sekaligus dosen ITB Yannes Martines Pasaribu menilai ada beberapa faktor yang membuat mobil Prancis kurang laris di pasaran salah satunya adalah biaya perawatan.
"Mobil Prancis dan Eropa walau di kelas-kelas low semakin tidak mahal harga barunya, namun cenderung berbiaya lebih tinggi biaya perawatannya dibandingkan dengan mobil Jepang, Korea dan China, akibat ketidaksiapan dukungan jejaring 3S (Sales-Service-Spare Parts) yang kuat, luas, dengan biaya yang kompetitif," kata Yannes saat dihubungi detikOto belum lama ini.
Hal itu, kata Yannes, menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang ingin meminang mobil Prancis. Belum lagi kebanyakan masyarakat Indonesia masih menyorot soal harga jual kembali. Kata Yannes, harga jual kembali mobil merek Eropa umumnya tak sebagus mobil merek Jepang.
0 Komentar
Tambah Komentar