https://mobilku-dev2.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/logoHeader.png
https://mobilku-dev2.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets/human-logo.png
https://mobilku-dev2.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/25cd04dd-ce86-43eb-bbf2-0841858a2162.jpeg
https://mobilku-dev2.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/25cd04dd-ce86-43eb-bbf2-0841858a2162.jpeg
https://mobilku-dev2.s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/news/1000/25cd04dd-ce86-43eb-bbf2-0841858a2162.jpeg

Google Soli

03 June 2015

dilihat 31x



Dulu manusia tergantung pada tombol fisik untuk mengontrol perangkatnya. Kini semunya sudah dikendalikan lewat sentuhan di layar. Bagaimana di masa depan? Tanpa sentuhan? Bisa jadi.

Google sedang menggarap proyek yang menjadi jalan untuk mengontrol gadget tanpa harus menyentuh. Dikenal dengan nama Project Soli, yang dikerjakan sejak tahun lalu. Proyek ini dikerjakan oleh tim Advanced Technologies and Products (ATAP). Teknologi ini diyakini menjadi kunci untuk pengembangan wearable devices dimasa depan.

Wearable devices tidak memiliki layar sentuh yang lebar seperti gadget yang ada sekarang. Artinya satu sentuhan saja sudah menghabiskan hampir seluruh area sentuh.

ATAP mencari solusi untuk perangkat yang diramalkan akan booming dalam dua-tiga tahun mendatang. Lahirlah Soli, chip tunggal baru yang mampu mendeteksi pergerakan jari dan gesture yang melayar di udara. Pendekatan Soli sangat berbeda dibandingkan pendekatan konvensional seperti layar sentuh kapasitif yang tidak memiliki kemampuan untuk mendeteksi gerakan tiga dimensi. Atau dibandingkan sistem yang menggunakan kamera untuk mendeteksi gerak seperti Kinect yang tidak bisa mendeteksi secara akurat gerakan-gerakan halus/kecil.

Teknologi kunci yang digunakan Soli adalah gelombang radio dengan frekuensi 60 Ghz. Gelombang yang memiliki frekuensi yang cukup tinggi dipancarkan mampu memantul kembali dengan resolusi yang cukup untuk membendakan gerakan halus jari-jemari ataupun telapak tangan. Disebutkan pula pola pancaran gelombangnya berbentuk corong yang melebar. Tidak seperti pemindai. Bentuk gelombang seperti corong itu dikatakan akan menghemat ongkos produksi. Solusi saat ini menggunakan dua transmitter dan empat penerima pantulan yang mampu mengurangi pengganggu dan meningkatkan akurasi pembacaan gerakan jari.

Dengan chip baru dan dukungan algoritma yang pas dan memanfaatkan kemampuan mesin untuk belajar, memungkinkan mengenali geraka jari yang lembut dan halus. Seperti mengetukkan jari telunjuk ke ibu jari bisa diartikan menekan tombol. Dan mengeluskan ibu jari sepanjang jari telunjuk bisa diartikan scrolling di layar sentuh.
Jelas ada banyak peluang baru terkait teknologi ini. Yang paling mungkin adalah meningkatkan pengalaman pengguna Google Glass yang hingga kini masih kerepotan user interface. Perangkat kacamata yang pernah banyak dibicarakan orang itu hanya bergantung pada gerakan kepala dan menyentuh lensa kacamaata untuk memberikan perintah.

0 Komentar


Tambah Komentar