22 October 2021
dilihat 27x
Mobilku.com - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengaku sangat bangga dengan industri otomotif nasional yang mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19.
"Semua orang bilang bahwa dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk, maka industri otomotif dipastikan akan mati. Namun, kali ini dengan bangga saya katakan bahwa industri otomotif mampu bertahan," ujar Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi.
Yohannes Nangoi mengapresiasi upaya pemerintah yang menghadirkan sejumlah kebijakan tepat sasaran untuk menyelamatkan industri otomotif, termasuk dengan tidak melarang pabrik untuk beroperasi selama pandemi.
"Luar biasa support dari pemerintah, karena selama masa pandemi pabrik mobil tidak ditutup, sementara di beberapa negara lain diliburkan dua hingga tiga minggu, itu yang membuat dampak negatif. Tapi di Indonesia luar biasa, pabrik kita tetap jalan meskipun kapasitas kita tekan," Tambah Yohannes.
Namun, Yohannes tidak memungkiri bahwa dampak penekanan kapasitas produksi tersebut telah menimbulkan antrian inden untuk sejumlah kendaraan. Nangoi pun meminta maaf kepada publik terkait lamanya antrian produksi kendaraan yang terjadi saat ini.
Selain itu, program insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DPT) juga telah dianggap berhasil menumbuhkan semangat industri otomotif agar terus bertahan di masa sulit.
Nangoi mengatakan, pada tahun lalu sebelum adanya insentif dari pemerintah, jumlah penjualan kendaraan sangat terpuruk dengan hanya membukukan penjualan sebanyak 5.000 unit.
Namun, setelah adanya kebijakan tersebut, roda industri perlahan mulai bergerak laju, dengan angka penjualan berada di sekitar 85.000 unit pada Agustus dan September tahun ini.
"PPnBM adalah hal yang luar biasa sekali, dan itu menjadi sorotan karena Thailand terpuruk, Vietnam terpuruk, Malaysia juga terpuruk, kita yang justru bangkit duluan," ujar dia.
Nangoi menyebut industri otomotif merupakan industri lokomotif yang menarik cukup banyak gerbong, mulai dari komponen suku cadang hingga pembiayaan, sehingga keberadaannya menjadi sangat penting.
Yohannes juga menyebut meski pandemi masih melanda, industri otomotif Indonesia tidak ada yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal, kecuali para pekerja kontrak yang telah habis masa kerja dan tidak diperpanjang.
0 Komentar
Tambah Komentar